*PINTU RUMAH KITA*
Pekan lalu saya diundang untuk mengisi acara di sebuah sekolah di Pekalongan Timur.
Salah satu hal yang saya sampaikan, anggap saja dunia ini seolah-olah sebuah alam yang berbeda dibandingkan dunia mereka sebelumnya. Jangan kaget jika nanti mereka akan menemukan aneka karakter manusia yang lebih beragam.
Setiap orang terlahir unik, dengan latar belakang dan cara berpikir yang berbeda. Ada yang selaras dengan kita, ada pula yang bertolak belakang. Penting bagi kita belajar untuk menerima, memahami, dan tetap menjaga kedamaian hati.
Bayangkan hati seperti rumah dan kita sedang duduk di teras. Di jalan depan tentu banyak orang berlalu-lalang. Kita tak bisa memilih ataupun mengatur mereka. Mungkin ada yang berjalan cepat karena terburu-buru, kita tak bisa melarangnya dan meminta agar jalannya biasa saja.
Mungkin pula ada orang tua yang lemah sehingga jalannya lambat. Apakah kita akan memaksa dia untuk berjalan layaknya orang normal karena kita tidak cocok melihat pejalan kaki yang lambat? Tentu tidak. Biarkan mereka dengan karakter jalannya masing-masing.
Semua orang boleh lewat di jalan depan rumah, dengan gaya mereka sendiri, namun hanya mereka yang kita izinkan saja yang boleh masuk ke dalam. Itulah sebabnya setiap rumah memiliki pintu.
Demikianlah seni mengelola hati. Semua orang boleh berinteraksi dengan kita dengan gaya mereka masing-masing, sebatas kebutuhan saja. Namun jika karakter mereka tidak cocok dengan kita, apakah otomatis membuat kita emosi?
Tentu tidak, karena setiap hati memiliki pintu. Hanya mereka yang kita izinkan saja yang boleh memengaruhi suasana di dalam hati. Mengapa sikap semua orang harus kita masukkan hati? Sungguh mengherankan ada orang yang mengizinkan semua pejalan kaki untuk masuk ke dalam rumahnya!
Setelah mindset seperti ini sudah kita tanamkan, tentu interaksi kepada siapa saja akan berjalan lancar, bahkan kepada rekan kerja yang punya _attitude_ buruk sekalipun.
Misalnya saat kita ada urusan pekerjaan dengan orang seperti ini, kita tetap berkomunikasi demi tugas, bukan untuk membangun hubungan personal. Profesional, tapi tak perlu emosional.
Seperti melayani petugas ekspedisi yang mengantarkan paket, kita tetap ramah di depan pagar rumah. Jangan merasa harus menerima semua orang masuk dalam hati. Memahami bukan berarti membiarkan kita terbawa perasaan terhadap mereka.
Alangkah baiknya jika kita mengerti batasan seperti ini. Betapa nyamannya jika kita tahu ternyata kita punya kendali penuh atas hati kita sendiri.
Karena pada akhirnya, ketenangan bukan tentang mengubah dunia, tapi tentang menjaga hati di dalam diri kita tetap terawat.
_Dari hati, untuk hari ini._
Berbagi ilmu dan Informasi Pendidikan :
📌 Channel WhatsApp *Belajar Bahasa Inggris Dan UPDATE Informasi Untuk Guru plus Tendik*
https://whatsapp.com/channel/0029VakEF5p2ER6Z4zPuP122
_✍️📝Eka Lestari_

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda disini, komentar spam akan masuk kotak spam