*MANUSIA ADALAH MAHKLUK BEBAS*
Manusia bukan sekadar makhluk sosial _(social being),_ ia juga mahkluk bebas _(free being)_ yang artinya diberi kebebasan untuk memilih, menentukan, dan mengambil arah hidupnya sendiri.
Setiap hari, dari hal sepele seperti memilih makanan, hingga keputusan besar seperti menentukan masa depan, manusia dihadapkan pada serangkaian pilihan. Setiap hari, ratusan pilihan yang harus kita putuskan secara cepat.
Misalnya saat ini kita sedang membaca tulisan yang baik dan bermanfaat, sebenarnya itu didahului oleh pilihan. Karena dalam ponsel kita ada berbagai aplikasi, lalu kitalah sendiri yang memilih mau membuka aplikasi yang mana?
Tentu tidak semua pilihan kecil, dalam hidup ini sesekali juga kita berhadapan dengan pilihan besar. Seperti memutuskan untuk menerima atau menolak lamaran seseorang, atau menentukan jurusan kuliah setelah lulus SMA.
Inilah hak istimewa sekaligus ujian yang membedakan manusia dari makhluk lain, bahwa kita tidak hanya menjalani hidup, tetapi kita juga mengarahkannya.
Namun di balik kebebasan itu tersembunyi kenyataan yang jarang disadari, bahwa tidak ada pilihan yang berdiri sendiri. Setiap keputusan melahirkan konsekuensi, membuka jalur baru, dan menutup jalan lain.
Hari ini kita memilih satu langkah, besok kita harus memilih lagi berdasarkan langkah itu. Pilihan kecil membentuk kebiasaan. Kebiasaan membentuk karakter. Karakter membentuk nasib.
Ketika harta Tsa‘labah bin Hathib semakin lama semakin banyak, ia dihadapkan kepada pilihan apakah harus menjauh dari Rasulullah karena waktunya sibuk mengelola hartanya. Atau meninggalkan harta demi tetap bersama Baginda Nabi?
Ternyata ia memilih hartanya dan memutuskan pergi keluar Madinah. Baginya, kekayaannya terlalu berharga jika harus ditukar dengan kebersamaan dengan Rasulullah.
Pilihan serupa juga pernah dihadapkan kepada Sayyidina Mushab bin Umair, yang datang dari keluarga kaya dan terpandang di Mekkah. Beliau justru memutuskan untuk meninggalkan kemewahan dan kekayaan demi bisa selalu dekat dengan Rasulullah di Madinah.
Sama-sama harus memilih harta atau Rasul, kedua orang ini menentukan pilihannya sendiri-sendiri. Ini bukti bahwa manusia adalah makhluk bebas. Tapi ingat di balik kebebasan itu ada konsekuensinya.
Setelah Tsa‘labah bin Hathib memilih harta, ia tidak menyadari bahwa pilihannya itu akan menjauhkannya dari sumber cahaya iman. Pilihan itu yang menuntunnya untuk tidak mau mengeluarkan zakat. Hingga bergabung dengan kelompok orang-orang munafik. _Na'udzubillah._
Sementara itu, apa yang dipilih oleh Sayyidina Mushab bin Umair membuka banyak jalur baru menuju kebahagiaan sejati. Ia menjadi duta Islam pertama, hingga mendapati syahid di medan perang Badar.
Kita adalah arsitek dari nasib kita sendiri. Setiap hari, kita dihadapkan pada persimpangan yang meminta kita untuk memilih.
Pilihan ada di tangan kita. Ingatlah, bahwa di setiap pilihan yang ditempuh, kita sedang mengukir takdir, menentukan warisan apa yang akan ditinggalkan, dan pada akhirnya, mendefinisikan siapa diri kita sebenarnya.
_Dari hati, untuk hari ini._
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda disini, komentar spam akan masuk kotak spam