MEMBACA WAKTU, MENJEMPUT KESEMPATAN


 *MEMBACA WAKTU, MENJEMPUT KESEMPATAN*

Kemarin dalam perjalanan pulang dari daerah Rawamangun, pandangan saya menangkap tiga orang penjual bendera yang mendorong gerobaknya di tepi jalan. Gerobak kayu itu penuh dengan tiang-tiang bambu dan gulungan kain merah putih yang terlipat rapi.

Bendera-bendera kecil bergoyang ditiup angin, sementara yang besar terikat di sisi gerobak, warnanya mencolok di bawah terik matahari. Langkah mereka tidak tergesa, menunjukkan gerobak itu cukup berat. Keringat membasahi punggung kaos mereka.

Sesekali mengusap dahinya, atau membetulkan posisi tiang-tiang agar tidak jatuh. Sungguh sebuah pemandangan khas yang menunjukkan kita sudah masuk bulan Agustus.

Kita sudah bisa menerka, mereka bukanlah pedagang tetap. Bulan lalu, bisa jadi mereka menjual barang lain, atau bekerja serabutan. Tapi begitu Agustus tiba, alarm tubuh seperti mengingatkan datangnya musim bendera dan sekaranglah waktu untuk bergerak.

Mereka tidak sekadar berjualan, tetapi memanfaatkan momentum dengan tepat dan memahami bahwa waktu adalah kunci keberhasilan. Semangat inilah yang patut kita jadikan cermin dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam menjalani ibadah dengan penuh kesadaran akan waktu.

Waktu adalah anugerah berharga yang Allah titipkan kepada kita. Setiap waktu membawa ibadahnya masing-masing. Seperti disebut dalam hadist riwayat Ahmad,

إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً، وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ، فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدْ أَفْلَحَ، وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ

_"Sesungguhnya setiap amalan ada waktu semangatnya dan setiap waktu semangat ada masa jenuhnya. Barangsiapa di masa jenuh tetap berada di atas sunnahku, maka ia beruntung. Barangsiapa di masa jenuh cenderung kepada selain itu, maka ia binasa."_

Dengan demikian, setiap amalan memang sudah ditentukan ada waktu terbaiknya. Dan setiap waktu ada amalan terbaiknya.

Misalnya sepertiga malam terakhir, ketika dunia sedang terlelap. Itulah waktu emas untuk tahajud, momen ketika langit menarik doa-doa kita begitu kuat seperti magnet menarik besi.

Namun, anehnya meski kita sempat terjaga di waktu ini, tetapi enggan bangkit untuk tahajud. Padahal kesadaran akan waktu adalah kunci keberhasilan. Kita bagaikan pedagang bendera yang menutup lapaknya di bulan Agustus. 

Jika datangnya bulan Agustus tidak dimanfaatkan, memangnya mau berjualan bendera di bulan September?

Mari kita menjadi pribadi yang pandai memanfaatkan momentum. Pagi setelah matahari terbit adalah waktu terbaik untuk menjemput rezeki halal. Antara Maghrib dan Isya adalah ruang emas untuk menuntut ilmu ataupun tilawah. Dan di setiap Jumat, peluang istimewa untuk bershalawat.

Bahkan dalam lingkungan sosial, setiap waktu dalam hidup kita memiliki makna. Saat bertemu tetangga, itu adalah waktu untuk tersenyum menyapa dan menjalin silaturahmi. Saat melihat saudara yang membutuhkan, itu adalah waktu untuk berbagi dan mengulurkan tangan.

Membiasakan alarm tubuh untuk mengenali momen-momen ini membuat kita tidak menyia-nyiakan kesempatan. Seperti pedagang bendera yang rugi jika tidak berjualan di Agustus, kita juga rugi jika melewatkan waktu terbaik untuk beribadah atau berbuat baik.

Waktu jangan sekadar berlalu, ia adalah ladang kesempatan. Hanya mereka yang peka membaca waktu yang akan menuai hasil terbaik. Mari latih diri untuk mengenali dan memanfaatkan setiap momen, karena di situlah letak keberhasilan sejati.


_Dari hati, untuk hari ini._

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BANK SOAL SAS SD KELAS 1 - 6 LENGKAP

Perangkat Ajar IKM SD kelas 1 s.d 6

Administrasi lengkap SD SMP SMA