RAHASIA NASI KEBULI


 *RAHASIA NASI KEBULI*


Teman saya, generasi ketiga dari keluarga pengusaha nasi kebuli, pernah berbagi rahasia resep turun-temurun dari neneknya. Katanya, nasi kebuli terbaik hanya tercipta jika dimasak dengan kayu bakar, melalui proses yang terukur dan penuh kesabaran.

Selama satu jam pertama, beras, minyak samin, dan rempah-rempah dimasak dalam belanga besar di atas tungku kayu bakar yang menyala. Sesekali, adonan diaduk perlahan agar bumbu meresap.

Setelah itu, api dimatikan, kayu bakar berubah menjadi bara panas. Selama satu jam berikutnya, nasi dibiarkan matang perlahan oleh panas sisa tersebut. Proses yang dikenal sebagai _carryover cooking._ Dengan teknik inilah nasi menjadi tanak, harum pekat, dengan aroma asap yang melekat sempurna.

Proses _carryover cooking_ ini mengingatkan saya pada cara kita mengonsumsi informasi di media sosial.

Untuk menjaga kejernihan pikiran, kita perlu diet medsos. Sebuah jeda yang memungkinkan otak memproses informasi dengan tenang, seperti nasi yang matang sempurna di atas bara. Jika paparan informasi masuk terus-menerus, hanya akan membuat pikiran kita gosong, lelah dan kewalahan. Seperti nasi jika terus dipanaskan dengan api menyala.

Penelitian menunjukkan bahwa paparan media sosial yang berlebihan dapat meningkatkan stres dan kecemasan. Seperti studi dari University of Pennsylvania tahun 2018.

Tanpa jeda, otak kita terus dipaksa mencerna informasi baru. Diet medsos membantu kita memilah informasi yang benar-benar penting dan mengubahnya menjadi kebijaksanaan.

Beberapa tips sederhana untuk menerapkan diet medsos seperti menetapkan batas waktu, misalnya 30 menit per sesi penggunaan media sosial. Dengan waktu yang terbatas, kita akan lebih selektif, fokus hanya pada konten yang benar-benar penting bagi kita.

Ini seperti memilih bahan terbaik saat memasak, kualitas lebih penting daripada kuantitas.

Tips berikutnya adalah menghindari media sosial 30 menit sebelum tidur dan 30 menit setelah bangun. Kedua waktu ini krusial untuk relaksasi otak. Cahaya biru dari ponsel dapat mengganggu siklus tidur, sementara distraksi pagi hari bisa mengurangi fokus kita. Biarkan pikiran kita memulai dan mengakhiri hari dengan tenang.

Kita juga perlu mencoba _digital detox._ Sisihkan waktu setiap hari untuk bebas dari ponsel, misalnya antara Maghrib dan Isya. Al-Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menjelaskan keutamaan waktu ini,


مَا بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ، وَهُوَ وَقْتٌ تُفَتَّحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتَنْزِلُ فِيهِ الرَّحْمَةُ، وَهُوَ وَقْتٌ مُسْتَجَابٌ فِيهِ الدُّعَاءُ


_"Antara Maghrib dan Isya adalah waktu ketika pintu-pintu langit dibuka, rahmat turun, dan doa di dalamnya mustajab."_

Bayangkan waktu yang penuh keberkahan seperti ini harus terbuang sia-sia dengan aktivitas hiburan yang sebenarnya bisa dikerjakan kapan saja.

Media sosial memang tersedia 24 jam, tetapi bukan berarti kita harus selalu terhubung. Seperti halnya Warung Madura yang juga buka 24 jam, tetap saja kita hanya datang saat perlu untuk belanja, bukan menunggu di depan toko terus-menerus. Disiplin ini membantu kita mengendalikan gadget, bukan dikendalikan olehnya.

Seperti memasak nasi kebuli yang membutuhkan keseimbangan antara api menyala dan api mati, mengelola konsumsi media sosial membutuhkan keseimbangan antara terhubung dan beristirahat. Diet medsos bukan sekadar pilihan, melainkan kebutuhan untuk menjaga kesehatan mental dan kedamaian batin di era digital yang serba cepat.

Dengan jeda yang tepat, kita memberi ruang bagi pikiran untuk matang sempurna, mengolah informasi menjadi pemahaman yang lebih mendalam. Mari kita sayangi pikiran kita, seperti seorang juru masak merawat hidangannya dengan penuh perhatian.


_Dari hati, untuk hari ini._

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BANK SOAL SAS SD KELAS 1 - 6 LENGKAP

Perangkat Ajar IKM SD kelas 1 s.d 6

Administrasi lengkap SD SMP SMA