Kamis, 03 Juli 2025

*Program prioritas Kemendikdasmen* ❤️


 *Program prioritas Kemendikdasmen*

❤️

Contoh Kegiatan Persiapan MPLS yang Menyenangkan

 *Contoh Kegiatan Persiapan MPLS yang Menyenangkan*

*Senin, 14 Juli 2025*

▶️ Upacara

▶️ Pembukaan MPLS (Apel Pagi)

▶️ Menyanyikan Lagu Indonesia Raya

▶️ Sambutan Kepala Sekolah

▶️ Penyerahan peserta didik baru oleh perwakilan orang tua kepada sekolah

▶️ Pengenalan guru & staff

▶️ Menyanyikan lagu "Hari Pertama ke Sekolah"

▶️ Pengenalan pembiasaan & kegiatan di sekolah

▶️ Doa bersama

*Selasa, 15 Juli 2025*

▶️ Menyanyikan lagu "Pagiku Cerahku"

▶️ Safari Sekolah

▶️ Perkenalan siswa dikelas masing-masing

▶️ Membuat name tag

▶️ Pembiasaan 5S & pengenalan tata cara menjaga lingkungan sekolah

*Rabu, 16 Juli 2025*

▶️ Senam bersama

▶️ Pengenalan seragam & atribut sekolah

▶️ Pengenalan Ekskul

▶️ Permainan edukatif

*Kamis, 17 Juli 2025*

▶️ Pembiasaan

▶️ Pengenalan tata tertib sekolah

▶️ Makan sehat

▶️ Ice breaking

▶️ Keterampilan menggambar mewarnai

▶️ Asesmen diagnostik awal siswa (menulis permulaan)

*Jumat, 18 Juli 2025*

▶️ Menyanyikan salah satu Lagu Nasional

▶️ Membuat kesepakatan kelas

▶️ Kegiatan literasi

▶️ Cek motorik halus siswa (membuat berbagai macam garis)

▶️ Senam bersama

*Sabtu, 19 Juli 2025*

▶️ Menyanyikan salah satu lagu daerah

▶️ Berkarya membuat kolase dsb

▶️ Mensosialisasikan jadwal pelajaran dll

▶️ Penutupan MPLS

▶️ Menceritakan kesan & pesan selama MPLS

7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat ( KAIH) Selaras dengan SKL 2025

 *7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat ( KAIH) Selaras dengan SKL 2025: Karakter Tak Sekadar Tambahan, Tapi Inti Pendidikan*


Dalam Permendikdasmen No. 10 Tahun 2025, Standar Kompetensi Lulusan (SKL) disusun dengan 8 dimensi utama yang sangat sejalan dengan 7 KAIH.


1. Bangun pagi → Kemandirian

2. Beribadah → Keimanan dan ketakwaan

3. Berolahraga → Kesehatan

4. Makan sehat → Kesehatan dan kesadaran diri

5. Gemar belajar → Penalaran kritis dan komunikasi

6. Bermasyarakat → Kewargaan dan kolaborasi

7. Tidur cepat → Keseimbangan hidup dan regulasi diri


Tak diragukan lagi, ketika 7 kebiasaan ini dibiasakan setiap hari, maka karakter lulusan yang diharapkan SKL 2025 akan terwujud dengan kuat dan alami. Bukan karena hafalan atau pengajaran satu arah, melainkan karena internalisasi nilai dalam kehidupan harian.

APA YANG KITA PILIH

 *APA YANG KITA PILIH?*


Saya kenal seseorang yang rumahnya berantakan sekali. Kebetulan bagian depan rumah itu adalah toko, dan karena barang-barang toko tidak ditata dengan rapi, sampai menyebar ke mana-mana hingga ke dalam rumahnya.


Jika kita berjalan di ruang tamunya, bayangkan saja sedang berjalan di medan perang. Setiap langkah harus diperhitungkan jangan sampai menginjak sesuatu. Mata harus jeli menemukan celah kosong di antara lautan barang.


Sungguh tantangan yang berat sekali. Berjalan tiga meter rasanya seperti marathon. Kita mungkin berharap punya kemampuan meloncat-loncat seperti kangguru demi melewati area itu dengan selamat.


Saya pernah bertanya sejak kapan rumahnya berantakan seperti itu. Ia berpikir keras, mencoba mengingat-ingat, lalu mengatakan mungkin sejak 2007. Serius?!


Jadi selama 18 tahun ia memilih untuk hidup tak nyaman di rumahnya sendiri? Ia bilang sebetulnya kalau disuruh memilih tentu ingin hidup dengan nyaman, namun ia tak punya waktu membenahi semua keruwetan tersebut.


Jujur saja, saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Jika ia tidak ada usaha merapikannya, berarti memang ia sudah memilih untuk berantakan. Seperti nasihat orang-orang barat.


_What you do not change, that is what you choose._


Apa yang tidak kau ubah, berarti itu yang kau pilih.


Kalimat pendek tapi menusuk. Jika ada sesuatu yang salah dalam hidup kita namun dibiarkan saja, tidak berusaha untuk kita ubah, berarti memang kita memilih untuk hidup seperti itu terus.


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bertemu orang yang mengeluhkan berat badannya yang semakin bertambah, namun ia tak berusaha mengurangi makanan _fast food_ dan minuman tinggi gula.


Ada pula mereka yang merasa mudah lelah, otot-ototnya terasa lemah karena kurang gerak bahkan sering duduk seharian di depan laptop, namun ia tak berusaha olahraga dengan rutin.


Dapatlah kita menyimpulkan bahwa mereka memang memilih untuk hidup tidak sehat seperti itu terus. 


Ingat cerita Firaun yang baru mau beriman dengan Nabi Musa ketika dia tenggelam. Secara logika pengakuan ini tidak dapat diterima.


Karena Firaun sebelumnya punya waktu bertahun-tahun untuk beriman, namun ia biarkan saja. Bahkan tetap mengaku dirinya sebagai Tuhan. Tidak adanya usaha dari Firaun untuk memperbaiki imannya, menunjukkan bahwa ia memang memilih untuk ingkar.


Pada akhirnya, hidup kita adalah cerminan dari pilihan-pilihan yang kita buat, atau yang tidak kita buat. Jika kita terus membiarkan sesuatu yang salah, maka sesungguhnya kita telah memilih untuk menyerah pada keadaan.


Oleh karena itu, jangan hanya menunggu saja. Waktu tidak mengubah apa pun, tapi keputusan kitalah yang mengubah segalanya.


_Dari hati, untuk hari ini._

MAMPU MENGHASILKAN KARYA YANG BURUK, ITU BAGUS

 *MAMPU MENGHASILKAN KARYA YANG BURUK, ITU BAGUS!*


Bertahun-tahun saya belajar menulis fiksi, namun belum juga menghasilkan karya. Mulai dari membaca buku panduan menulis, ikut berbagai kelas online, hingga workshop bersama penulis fiksi ternama di negeri ini. Tetap saja tidak membantu.


Sampai pada suatu sore, dalam ruang terbuka, saya bertemu dengan seseorang yang memecahkan kebuntuan ini. Ia juga penulis senior, ia membocorkan rahasia suksesnya.


_"You can't edit a blank page!"_


Maksudnya, mulailah dengan menulis satu halaman yang buruk, setelah itu diperbaiki agar lebih bagus. Sebab sebuah halaman yang kosong, tidak bisa diperbaiki sama sekali. Beliau juga mengatakan pesan berikutnya yang hingga hari ini masih saya ingat.


_"Writing is rewriting is rewriting is rewriting is rewriting is rewriting is rewriting is rewriting is rewriting is rewriting is rewriting is rewriting is rewriting is rewriting is rewriting is rewriting is rewriting."_


Saya tidak yakin berapa kali beliau mengulangi kata _rewriting,_ yang jelas banyak sekali. Intinya bahwa kunci sukses menulis yang bagus adalah memperbaiki, dan perbaiki lagi, dan lagi.


Barulah saya mengerti setiap karya bagus  berawal dari draf yang buruk. Setiap ahli pernah jadi pemula. Tak ada masterpiece yang langsung sempurna di langkah pertama.


Untuk menjadi koki profesional, kita harus mau mengalami dulu membuat masakan pertama yang rasanya hambar. 


Sebelum menjadi pelukis terkenal, kita harus melewati fase merelakan puluhan kanvas hasil karya gagal di awal.


Seperti halnya Pablo Picasso yang seumur hidupnya membuat 1885 lukisan, dan hanya sepuluh saja yang mendunia. 


Maka, berbahagialah jika hari ini kita menghasilkan karya yang buruk. Itu artinya, kita satu langkah lebih dekat dengan karya yang baik. Jangan biarkan halaman kita terus menjadi _blank page,_ sebab halaman kosong tak ada yang bisa diperbaiki. 


Yang terpenting bukanlah kesempurnaan, melainkan keberanian untuk memulai dan tekad untuk senantiasa belajar. Seperti pesan Al-Imam As-Syafi'i,

تَعَلَّمْ فَلَيْسَ الْمَرْءُ يُولَدُ عَالِمًا

"Teruslah belajar, karena tak ada manusia yang dilahirkan dalam keadaan ahli."


Karya pertama memang selalu jelek, justru bagusnya di situ! Karena menjadi bukti bahwa kita telah memulai.


_Dari hati, untuk hari ini._

JANGAN KAGET JIKA BALASAN KEBAIKAN TIDAK SELALU KEBAIKAN

 *JANGAN KAGET JIKA BALASAN KEBAIKAN TIDAK SELALU KEBAIKAN*


Pernah dengar cerita tentang perempuan yang sabar di sisi suaminya saat semua orang pergi? Suaminya adalah pengusaha yang sedang bangkrut dan utangnya dimana-mana.


Perempuan ini rela menanggung malu ketika debt collector terus menggedor pintu, diabaikan keluarganya, bahkan saat suaminya sakit parah berbulan-bulan dan divonis tak bisa selamat, ia setia merawat suaminya yang terbaring lemah.


Kini pelan-pelan semua pulih, usaha sang suami bangkit, hartanya kembali berlimpah, apa balasannya? Bukan pelukan hangat, bukan ucapan terima kasih, melainkan wanita lain yang secara sepihak dijadikan istri kedua oleh suaminya.


Perempuan itu memilih pergi. Baginya, cinta harusnya tidak menyakitkan. Ia sabar jika kebaikannya selama ini dibalas sakit, barangkali memang sedang diajarkan ikhlas oleh Allah.


Adalagi kisah tentang seorang pria baik hati yang membantu temannya bangkit dari keterpurukan. Ia memberi modal, membuka jaringan, bahkan mengajarkan ilmunya.


Satu waktu giliran pria itu yang sedang jatuh. Di titik terendahnya ia mencoba meminta bantuan temannya, namun justru kata-kata pedas yang didapat.


"Bisnis adalah bisnis, jangan bawa-bawa pertemanan!" Padahal dulu, pertemananlah yang jadi alasan ia membantu.  


Pria itu mendapat hikmah berharga, bahwa berbuat baik itu bukan transaksi. Kita menolong orang lain bukan untuk mengharap kembalian darinya, tapi semata diniatkan untuk keridhaan Allah.


Kita mungkin pernah melihat sendiri, seorang pegawai kantor. Ia ajari teman kerjanya bantu bereskan laporan, koreksi draf, bahkan sering tutupi kesalahan temannya.


Semakin hari temannya jadi semahir dia, hingga berhasil dapat promosi jabatan. Apa yang terjadi setelah si teman posisinya lebih tinggi? Ia justru menjatuhkan. Orang yang dulu mengajarkan banyak keterampilan itu kini dianggap saingan.


Tak semua kebaikan kita dibalas dengan kebaikan mereka. Tapi satu hal yang pasti, Allah tidak pernah menyia-nyiakan amal. Bahkan kalau orang lain mengkhianati, Allah tetap mencatat setiap kebaikan kita dengan sempurna.


Oleh karena itu ada nasihat bijaksana yang berkata, 


اتَّقِ شَرَّ مَنْ أَحْسَنْتَ إِلَيْهِ


"Berhati-hatilah terhadap balasan buruk dari orang yang engkau telah berbuat baik padanya."


Suatu hari nanti, kita akan mengerti mengapa ada orang-orang yang kita pinjami uang, justru memusuhi ketika ditagih. Mengapa orang-orang miskin yang dihentikan bantuannya akan marah-marah, seolah kita wajib membantu terus hingga hari kiamat.


Semua itu adalah bagian dari skenario Allah yang sedang mempersiapkan kita untuk sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang hanya layak diberikan kepada jiwa yang telah teruji kesabarannya.


_Dari hati, untuk hari ini._

KETIKA KATA-KATA MENGAJARKAN KEBERANIAN DAN KEHATI-HATIAN

 *KETIKA KATA-KATA MENGAJARKAN KEBERANIAN DAN KEHATI-HATIAN*


Salah satu keindahan bahasa Arab, ada fenomena yang disebut _tazahum lafdzi_ yaitu bertemunya dua kata yang ketika dibaca terdengar mirip, padahal keduanya membawa makna yang berbeda.


Contohnya adalah _hayah_ yang artinya kehidupan, dengan _haya_ yang artinya rasa malu. Fenomena ini sering dimanfaatkan oleh para penyair untuk mengarang bait-bait yang indah sekaligus mengecoh pendengarnya. Mari kita perhatikan syair berikut ini,


روحي تشتاق إلى الحياة

لكن قلبي مُثْقَلٌ بالحَيَا

Akhir dari dua bait ini hanya berbeda tipis dalam bunyi, namun membawa kita pada dua wacana yang berbeda.


_Hayah_ adalah panggilan jiwa untuk hidup penuh semangat, mengejar mimpi, dan merangkul setiap kesempatan. 


Sementara _haya_ adalah bisikan hati yang menjaga rasa malu, mengingatkan kita untuk tetap rendah hati dan menjaga kehormatan.


Bangsa Arab di zaman dahulu senang mendengarkan syair, daripada membacanya. Itulah sebabnya mereka bisa terkecoh dengan bait seperti ini, karena memang hanya mengandalkan pendengaran saja.


Lalu bagaimana agar mereka berhasil menempatkan kata yang benar? Yaitu dengan melihat konteksnya terlebih dahulu. Renungkan pelan-pelan, ambil keputusan dengan hati-hati kata yang mana untuk konteks yang mana.


Jika kita mengerti apa yang dibicarakan pada syair di atas, kitapun akan tahu bahwa kedua kata itu memang ada tempatnya masing-masing. Kalau tidak, tentu maknanya akan kacau.


_Jiwaku merindukan kehidupan_

_Tapi hatiku terbebani rasa malu_


Meskipun sebenarnya pembahasan ini tentang bahasa Arab, namun nilai yang dikandungnya cocok sekali dalam keadaan kita sehari-hari. 


_Hayah_ dalam keseharian kita adalah dorongan untuk melangkah maju. Ia adalah keberanian untuk berkata, “Aku ingin mencoba!”


Mungkin untuk memulai usaha baru, berbicara di depan umum, atau sekadar menulis buku untuk pertama kali.


Tapi seringkali, _haya_ datang membisikkan keraguan, “Bagaimana jika aku gagal? Apa kata orang nanti?”


Seperti dalam bahasa Arab, di mana konteks menentukan makna, dalam hidup pun kita harus bijak memilih. Renungkan pelan-pelan, ambil keputusan dengan hati-hati tindakan yang mana untuk konteks yang mana.


Kita sering dihadapkan pada pilihan, apakah kita akan membiarkan rasa malu menghentikan langkah, atau membiarkan semangat kehidupan membawa kita lebih jauh


Bayangkan seseorang yang ingin menuangkan gagasannya kepada orang lain. Semangat dalam dirinya berkata, “Ayo, mulai saja dulu! Tak ada yang tahu akhirnya seperti apa kalau tidak mencoba!”


Tapi rasa malu membisikkan, “Aku nggak cukup pintar, nanti kalau gagal gimana.” Jika ia membiarkan rasa malu menguasai, ia mungkin tidak pernah mencoba.


Inti dari _tazahum lafdzi,_ kita belajar bahwa hidup adalah seni memilih tindakan. Seperti penyair yang dengan cermat memilih kata untuk bait puisinya, kita pun harus memilih langkah dengan penuh kesadaran.


Hari ini, tanyakan pada diri kita sendiri, adakah mimpi yang tertahan karena rasa malu? Pertimbangkan kembali, jangan-jangan kita hanya terkecoh menempatkan langkah yang salah saja.


_Dari hati, untuk hari ini._

*Program prioritas Kemendikdasmen* ❤️

 *Program prioritas Kemendikdasmen* ❤️