Rabu, 26 Februari 2025

Sosok Secantik Peri By. Uke Nahl Bee


Sosok Secantik Peri 
By. Uke Nahl Bee  


       Diah menatap gadis yang lewat di depan rumahnya dengan mata yang tidak berkedip. Itukah gadis yang menjadi pergunjingan ibu  ibu kampung ini? Seorang gadis berbaju putih dengan padanan rok panjang berbatik. Sayang ia tidak sempat melihat dengan jelas karena jalannya agak cepat. Mukanya juga di tekuk. Diah mengerutkan keningnya dan seperti tidak yakin. Langsung ia menuju pagar, menatap gadis itu dengan pandangan penasaran.

         Mengintip siapa ibu Diah? Pasti gadis di ujung kompleks itu ya? teguran ibu Farah yang tinggal di sebelah rumahnya membuat Diah kaget. Ia hanya menjawab dengan senyum salah tingkah.  

      Iya, itu gadis yang telah membuat gelisah ibu  ibu kompleks ini, yang membuat para suami mereka berubah ganjen! suara ibu Fariah terdengar kesal. Hmm, kalau begitu, rasanya mending jadi janda seperti saya ini!

         Ah, ibu Farah ini bisa aja Diah tertawa kecil. Tapi masa sih Bu, gadis seperti itu harus di khawatirkan? Sepertinya dia gadis yang baik dan sopan. Pakaiannya juga cukup tertutup, jauh dari kesan penggoda. Mungkin ibu  ibu itu saja terlalu cemas.

         Aduh, Bu Diah ini! Pasti ibu Diah belum mengenal gadis itu secara dekat. Coba deh nanti main kerumahnya, atau ngajak ngobrol di rumah Bu Diah. Baru bu Diah akan percaya bahwa gadis itu sangatlah membahayakan bagi para suami. Bu Farah berkata dengan muka meyakinkan. hati  hati saja, bu Diah ini kan pakai kerudung.

      Lho, memang kenapa kalau saya pakai kerudung bu? Diah mengerutkan kening. Bu Farah tersenyum dengan mata mengerling. yah siapa tau saja pak Adit bosan melihat wanita berjilbab, dan iseng melirik wanita lain yang agak berbeda. Mmm, semacam penyegaran, begitu. 

      Diah terdiam, dalam hati dia tersinggung juga mendengar kata  kata Bu Farah itu. Tapi ia tidak mau ribut hanya karena masalah tersebut. 
     Saya juga tidak bilang kalau gadis itu semacam wanita penggoda. Walaupun kalau saya jujur dia memang benar  benar menggoda! Ah, pokoknya bu Diah lihat saja sendiri, seperti apa gadis itu. 
  Setelah itu ibu Diah baru boleh membantah kata  kata saya. Bu Farah tersenyum penuh arti. Diah menarik nafas. Ia jadi berfikir. Bu Farah janda saja sebegitu sibuknya, apalagi ibu  ibu yang lain yang punya suami. Seperti apa ya, mereka menyikapi gadis itu?. 
     Mas, tegur Diah sambil mendekati suaminya yang tengah asyik di meja kerjanya. hm,. Suaranya suaminya yang tetap asyik dengan komputernya. kenapa, ya mas kok ibu  ibu tetangga kita sangat cemburu pada gadis yang tinggal ujung kompleks ini? Padahal menurut saya dia gadis yang baik, jauh dari tipe wanita penggoda. Pakainya juga sopan. 
     Adit tersenyum kecil,  kamu ini bagaimana sih? Memangnya laki  laki Cuma bisa tergoda pada wanita  wanita penggoda? Ya enggaklah, banyak hal yang bisa membuat laki  laki tergoda pada seorang wanita. 

    Deg Diah mengerutkan alis dengan jantung berdebar halus. Shofa itu cantik kok, sangat cantik malah. Wajar saja banyak laki  laki di kompleks ini yang tergoda padanya kalimat yang keluar dari mulut suaminya baru saja terasa menyengat telinga Diah. Belum pernah ia mendengar suaminya memuji seorang wanita secara terang  terangan seperti kali ini. Apalagi jelas  jelas yang di puji itu adalah fisiknya.

        Apalagi dia ramah, seorang Dokter pula. Dia juga membantu H.Husen mengajar mengaji anak  anak kompleks sini di masjid. Padahal dia belum memakai kerudung rutin seperti kamu. Coba kalau dia memakai kerudung setiap harinya waaah... sempurna bukan ? siapa tidak tergoda pada perempuan itu ? 

        
          Diah mendelik dengan nafas yang agak susah. Kali ini hatinya yang tersengat. Jangan  jangan suaminya juga ikut tergoda . kalau tidak mengapa suaminya memuji perempuan itu ? bahkan ia juga tau nama perempuan itu. Aku sendiri malah belum tau.  

         "kok mas Adit tau banyak sih tentang dia ? mau ikut  ikutan suami tetangga itu juga ya ? sebegitu perhatiannya sama perempuan itu. Ketus Diah sambil membuang muka, kemudian ia membalik badan dan melangkah ke kamar anaknya Ghozi. Adit menggeleng  geleng sambil tersenyum kecil.  

      Diah merasa ketenangannya kini terusik, seperti halnya istri  istri di kompleks ini sekarang. Sungguh, ia ingin sekali datang ke rumah perempuan bernama Shofa itu. Ia ingin melihat secara langsung seperti apa kecantikannya, sehingga bisa membuat para lelaki di kompleks ini tiba  tiba rajin olahraga pada hari minggu pagi agar bisa bertegur sapa dengan Shofa. Perempuan itu yang konon yang tiap minggu pagi membersihkan taman mungil di depan rumahnya. 

     Anehnya lagi, tiba  tiba juga para laki  laki itu berubah menjadi alim. Mereka selalu sholat maghrib di masjid komples ini, karena seusai sholat maghrib, perempuan bernama Shofa itu selalu membantu bu Hj, Husna, mengajari anak  anak kompleks ini membaca Al-Quran. Anehnya lagi, tak jarang kaum Adam itu betah duduk di masjid berlama  lama menunggu waktu sholat isya tiba. Hufht ! Diah benar  benar tidak tahan lagi. Kali ini suaminya yang paling rajin sholat berjamaah ke masjid. Tetapi melarang suaminya pergi ke masjid tentulah hal yang mustahil dan tidak baik pula. Jauh sebelum perempuan itu muncul di kompleks ini suaminya juga sudah rajin ke masjid. Tidak seperti suami  suami yang lain, masjid tiba  tiba menjadi tempat favorit mereka sejak kedatangan Shofa. Itupun hanya waktu sholat maghrib dan isya saja.

        Mas Adit solat subuhnya tetap di masjid kok, tidak hanya sholat maghrib dan isya saja. Gumam Diah menghibur diri. Uuh... ia jadi benci, kenapa hatinya harus mencurigai suaminya sendiri gara  gara perempuan itu. 

       Bu Diah mau kerumah perempuan itu ya ? tanya Bu Rani saat mereka sedang memilih sayur warung.   

         Iya, silaturahmi saja bu, saya kan belum sempat berkenalan dengan tetengga baru kita itu .  

   wah nanti kalau bu Diah sudah melihatnya dari dekat, pasti bu Diah tidak meragukan kata  kata saya lagi . ujar bu Nafis bersemangat menimpali.  

      Melihat siapa bu Nafis ? tanya bang abdul penjual sayur ikut nimbrung.  pasti mbak Shofa ya ? 

         lho bang abdul kok malah udah kenal ? bu Rani membelalakkan mata.  

       ya kenal bu, kn dia juga setiap hari sabtu dan minggu pasti belanja  sayur sama saya kok. Waduh mbak Shofa itu memang orangnya cuaaantik tenan. Tidak di bayar pun saya betah kok memandangi wajahmya seharian tanpa berkedip sahut bang Abdul penuh kagum 

    "idih... bang Abdul ini ngomong cantik saja kok pakai cuaaantik segala, uh ganjen deh ! ujar bu Nafis mencibir.  

   Bang abdul malah tertawa terkekeh- kekeh.  

     Tapi betul sekali bu Diah, bu Diah kan selama ini lebih sering mengurung diri di rumah, jarang mau kumpul  kumpul keluar sih, jadi wajar kalau masih meragukan kata  kata kami, iya nggak jeng ? timpal bu Rani lagi.  

   Diah hanya tersenyum jengah sambil mengangguk. Ah sepertinya ia semakin penasaran saja seperti apa perempuan hebat itu 

 ------=====------ 

         Assalamualaikum ....  
Tak terdengar sahutan, tapi ada suara langkah kaki mendekat. Diah jadi berdebar. Dan ketika pintu terbuka.

        Waalaikumsalam ... seorang perempuan muncul sambil tersenyum ramah. Rambutnya terurai menutupi bahunya. Subhanallah, kini baru ia percaya pada apa yang di dengarnya selama ini. Perempuan itu... luar biasa cantik, Diah seperti melihat peri di hadapannya. 
      Maaf, ibu siapa ya ? nama saya Shofa. Perempuan itu mengulurkan tangannya yang di sambut Diah agak gugup. Ah, kenapa ia jadi salah tingkah begini ? apakah karena Shofa yang semanis madu itu ? atau sperti air yang jernih, atau karena jemarinya yang putih dan terasa halus seperti sutra, atau ...  
  
      Em... saya bu Diah, yang tinggal di rumah nomor tiga. Jawab bu Diah.  

   Oh, maafkan jika saya belum sempat mampir ke rumah bu Diah untuk berkenalan. Jadinya malah bu Diah yang berkunjung kesini. Oya, mari silahkan masuk bu . Shofa mempersilahkan masuk. Diah mengikuti sambil tidak lupa mengamati ruang tamunya yang rapi dan bersih.  

     Silahkan duduk bu Diah, saya ambilkan minum sebentar ya. Ujar Shofa tanpa melepas senyum semanis madunya. Diah hanya mengangguk, masih dengan sikap gugup yang tidak bisa di sembunyikan. Sosok secantik peri itu sudah muncul kembali ke ruang tamu.  

      Di minum bu Diah, maaf kalau agak lama.  Diah tersenyum.  terima kasih dik Shofa. Jadi merepotkan. 

       Tidak bu sungguh saya malah senang ada yang mau main ke sini . Shofa berkata tulus.  

        Maaf, dik Shofa tinggal sendiri di rumah ini ? tanya Diah hati  hati. Shofa semakin memekarkan senyumnya, tidak ada gurat tersinggung di wajahnya. 

     Iya, tapi setiap hari sabtu dan minggu suami saya selalu di sini. Kata Shofa  

      Suami ? dik Shofa sudah bersuami ? Diah melongo tidak percaya. 

     Memangnya kenapa bu kalau saya sudah bersuami ? apakah tidak pantas ? Shofa menatap Diah.  

        Eh, bukan. Bukan begitu tapi... dik Shofa ini terlihat masih seperti seorang gadis. Diah tergagap.  

          Oya ? mata yang seperti bintang kejora itu membulat indah. Duh, Diah menelan ludah. Ia seperti melihat Desi Ratnasari. Oh bukan Shofa lebih cantik dari artis itu. Mungkin tetatnya dia mirip Thalia, bintang telenovela yan terkenal itu. Ah ! juga bukan ! Shofa masih lebih menarik untuk di tatap.

    Wajar saja jika bu Diah atau ibu  ibu menyangka begitu. Karena saya belum memperkenalkan suami saya pada warga sini. 

     Suami saya Dokter yang bertugas di luar kota kata Shofa menjelaskan.  Suami saya selalu datang sabtu sore dan biasanya langsung istirahat. Minggu malam di harus kembali ke tempat tugasnya. Jadi waktunya memang sempit. Mungkin lain kali saya akan memperkenalkan dengan bu Diah dan ibu  ibu yang lain. 

     Diah mengangguk mengerti.  Maaf kenapa dik Shofa tidak tinggal di tempat yang sama saja dengan suami dik Shofa ? bisa saja kan dik Shofa pindah ke sana atau suaminya yang pindah ke sini. 

          Shofa kembali tersenyum lembut.  saya sedang pelajar tinggal jauh dari dia bu, sebab suatu saat nanti itupun akan terjadi. Dan saya siap menghadapinya. 

         Diah mengerutkan alis tidak mengerti.

  Kelak suami saya akan menikah lagi dengan wanita lain, dan saya harus menerimanya dengan ikhlas bu.  

       Sosok secantik peri itu pun tatap terlihat tenang saat mengucapkan kalimat paling menyeramkan itu. Perempuan mana yang tidak ngeri membayangkan suaminya menikah lagi? Sementara ... jantung Diah berdegup tidak karuan. Sejenak ruangan itu terasa hening. 

     Diah ingin bertanya, mengapa itu bisa terjadi ? apa yang kurang dalam diri Shofa ? Shofa hampir sempurna. 

      Saya tidak punya anak bu, saya mandul  lalu pantaskah saya menghalangi suami saya menikah lagi ? tidak kan ? dan saya rasa bu Diah tentu lebih tau hukumnya menurut agama, bahwa dalam posisi ini saya tidak boleh egois. Apalagi kami sudah lima tahun menikah dan secara medis saya sudah terbukti tidak bisa punya anak .  

Diah tertegun. 

Mandul ? jadi inikah kekurangan Shofa di balik kelebihannya. ? ternyata di dunia ini tidak ada yang sempurna. Tapi ia begitu tegar. Ketegarannya yang membuat kekurangannya semakin tertutupi.

 Sementara ia sendiri ? jangankan untuk bersikap tegar, membayangkan suaminya melirik perempuan lain saja hatinya sudah panas bukan main. 

   β€œBu Diah". suara lembut itu mengejutkannya. 

          Diah tersenyum gugup, semakin gugup ketika Shofa menatapnya.

       Suami saya ... juga pernah meminta saya memakai kerudung. Waktu itu saya tidak menanggapinya. Tapi belakangan ini saya jadi berfikir, jika hal itu bisa membuatnya bahagia, mengapa saya tidak melakukannya ? Siapa tahu, ini akan menjadi pemberian paling berharga dari diri saya buat dia, sebab saya sudah tidak mampu lagi memberikan yang lebih baik dari itu.

  Diah semakin tertegun.  Suami saya mengatakan bahwa dengan memakai kerudung, saya  pasti akan terlihat semakin cantik lagi bagi suami saya. Cantik tidak hanya di mata dia, tapi juga hatinya. Semoga itu akan mengobati sedikit kekecewaan atas kekurangan saya. Matanya berkaca  kaca saat mengucapkan kalimat itu. 

-----====----- 
         Bu Diah saya mau pamit . Shofa masih berdiri di depan pagar ketika Diah sedang membersihkan halaman depan rumahnya. 

        Pamit ? Diah Tercekat.   iya, Suami saya khawatir keberadaan saya di sini akan menjadi sumber fitnah karena suami saya jarang di rumah. Jadi saya di minta tinggal bersama orang tua saya. jelas Shofa lembut. 

     oya, maaf sampai lupa. Mari silahkan masuk ngobrolnya di dalam saja tidak enak di lihat orang. Kata Diah sambil membuka lebar pagar pintu rumahnya.  Tidak usah bu, terima kasih. Suami saya sudah menunggu saya di rumah dan pagi ini saya harus pindah. Barang  barang sudah di kepak kok . Tolak Shofa halus 

   Diah termangu tidak percaya sambil menatap Shofa berlalu dengan geraknya yang memang indah.

    Ada kelegaan yang membias indah di hatinya menyadari sebentar lagi Shofa yang secantik peri meninggalkan kompleks ini. Tidak seharusnya ia menyimpan rasa was  was. Pada perempuan yang mungkin tidak lama lagi harus menerima kepahitan atas pernikahan suaminya. Padahal sebelumnya ia juga harus menerima kenyataan pahit atas kemandulannya. Diah menarik nafas panjang. Satu do’a ia titipkan dalam ayunan langkah perempuan itu. Semoga niatnya untuk memakai kerudung segera terwujud, sehingga ia benar  benar menjadi wanita paling cantik di hati suaminya. Amin . . .     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda disini, komentar spam akan masuk kotak spam

Kalimat Slang

  Kalimat Slang  1. *"Beat around the bush"*  (Menghindari topik utama)   Contoh: "Stop beating around the bush and tell me w...