*AGAR KITA MAMPU MELAMPAUI BATAS*
"Jika kita mempunyai rencana, maka jangan sekali-kali mengukur dengan kemampuan kita. Apabila kita mengukur dengan kemampuan kita, maka hasilnya pun Allah akan memberikan sesuai dengan kemampuan kita. Apabila kita mengukur dengan kemampuan Allah, maka kemampuan-Nya tidak terbatas."
Demikianlah sebuah nasihat indah dari Al-Allamah Al-Habib Hasan Baharun, ulama kharismatik dari Pasuruan, Jawa Timur.
Seringkali, ketika menyusun rencana dan impian, kita cenderung mengukurnya dengan batasan-batasan kemampuan diri kita sendiri.
"Apakah saya cukup mampu?"
"Apakah ini realistis dengan kondisi saya sekarang?"
Pikiran-pikiran ini, meskipun terasa logis, sebenarnya dapat membatasi potensi kita yang sesungguhnya. Jika dari awal sudah berpikir sempit seperti ini, maka kapasitas usaha yang kita kerahkan pun secara alami akan menyesuaikan dengan keyakinan tersebut.
Padahal ada dimensi yang lebih tinggi, sebuah perspektif yang dapat membuka pintu menuju pencapaian yang tak terduga. Yaitu meletakkan keyakinan penuh pada kekuatan yang lebih besar dari diri kita, pada Kemahakuasaan yang tak terbatas.
Ketika kita berani berpikir seperti ini, maka batasan-batasan yang kita ciptakan sendiri itu akan sirna. Kita seperti mendapat undangan untuk bermimpi lebih besar, dan bertindak lebih jauh.
"Apa yang bisa terjadi jika saya bersandar pada kekuatan yang tak terbatas?"
"Jika betul ekspektasi yang tinggi ini bisa terwujud, berarti apa yang harus saya persiapkan sejak saat ini untuk mencapainya?"
Mari kita lihat contohnya. Ada seorang pemuda lulusan SMA. Ia sadar diri bahwa tak banyak peluang pekerjaan untuk orang-orang seperti dia. Ketika ada panggilan bekerja menjadi kurir di sebuah perusahaan, ia senang sekali dan menggelutinya selama bertahun-tahun tanpa punya mimpi yang lebih tinggi.
Di pihak lain, pemuda yang sama-sama lulusan SMA juga. Namun ia punya mimpi bekerja di perusahaan besar dengan penghasilan tinggi. Ia yakin hal ini tidak mustahil bagi Allah. Tinggal ia yang berpikir apa yang harus ia lakukan untuk mencapai impiannya?
Mulailah ia berkarir di perusahaan kecil, gaji yang diterima sebisa mungkin ia sisihkan untuk kuliah sambil kerja. Ia pun mengasah kemampuan bahasa Inggris dari berbagai media yang terjangkau.
Setelah bertahun-tahun, setelah resign dari berbagai perusahaan, kini ia bekerja di sebuah startup asal Korea dengan penghasilan lebih tinggi, ditambah bonus dalam dollar.
Kedua cerita ini adalah kisah nyata. Perbedaannya terletak pada pola pikir dan keyakinan. Ketika kita mengukur hanya dengan kemampuan diri, kita cenderung melihat kekurangan dan batasan. Namun, ketika kita mengukur dengan kemampuan Allah, kita melihat potensi tak terbatas dan membuka diri untuk berbagai kemungkinan yang tidak terduga.
Jadi, mulailah bermimpi besar, bertindak nyata, dan yakin bahwa bersama Allah, segala yang tampak mustahil bisa menjadi nyata.
_Dari hati, untuk hari ini._
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda disini, komentar spam akan masuk kotak spam