PELAJARAN DARI DZULHIJJAH (4)


 *PELAJARAN DARI DZULHIJJAH (4)*


Dulu saya suka bertanya mengapa ibadah kurban harus dengan hewan seperti kambing, sapi, atau unta. Bukankah lebih praktis jika uang senilai hewan tersebut langsung kita distribusikan kepada dhuafa.


Rupanya ada banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan saat kita berkurban, alih-alih hanya mentransfer sejumlah uang kemudian selesai.


Pelajaran pertama, berkurban itu harus melibatkan orang banyak yang membantu. Seekor kambing, tak mungkin kita kerjakan sendiri sejak menyembelih, memotong dagingnya, mengemas, hingga membagikan. Apalagi seekor sapi.


Kurban itu membuat kita mengundang orang lain, yang membentuk tim kecil, yang saling bekerjasama dengan tugasnya masing-masing. Kurban itu mengajarkan kerjasama dan persatuan.


Demikianlah cerminan pribadi seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari. Ia harus menjadi pribadi yang mempersatukan di manapun berada.


Misalnya, ketika ada dua rekan kerja di kantor yang berselisih karena perbedaan pendapat dalam pekerjaan, ia hadir bukan untuk memihak, tetapi untuk mendengar keduanya dan menawarkan jalan tengah yang adil. Ia fokus pada solusi, bukan memperbesar konflik.


Begitu pula dalam kehidupan di lingkungan. Bahkan di media sosial, ia adalah pribadi yang mempersatukan. Bukan mempertajam perbedaan. Tidak mudah terpancing provokasi, apalagi sampai menyebarkan ujaran kebencian. 


Sebaliknya, ia membagikan konten yang memberi manfaat, menyemangati, dan mengedukasi. 


Pelajaran kedua, berkurban itu memberikan perenungan pada kita bahwa hidup harus meninggalkan warisan yang bermanfaat. Seperti halnya kita melihat hewan kurban, yang setelah mati, hampir semuanya bisa dimanfaatkan. Tak hanya dagingnya, tulang hingga kulitnya pun habis diberikan kepada orang lain.


Bagaimana dengan hidup kita? Setelah kita tiada, adakah kebermanfaatan yang masih dirasakan oleh orang lain? Usahakan ada orang-orang yang masih mengerjakan kebaikan karena ajakan kita. Sehingga pahala jariyah masih mengalir kepada kita juga.


Bisa pula berupa sedekah yang bersifat jangka panjang. Misalnya kita ada andil dalam pembangunan sebuah masjid. Sehingga pahala orang-orang yang beribadah di masjid itu masih menjadi bagian pahala kita juga.


Itulah sebabnya Kiai Abdullah Syafi'i pernah berwasiat, apabila ada sebuah masjid di wilayah kita sedang dibangun jangan sampai tidak ada partisipasi sama sekali meski hanya sebatang paku. 


Dari kurban kita belajar, tidak hanya membagikan daging, tetapi juga menebar nilai-nilai persatuan dan saling menghormati sesama muslim. 


Setiap bagian hewan kurban, mengingatkan kita juga untuk meninggalkan warisan kebaikan, bukan sekadar kenangan. Sebab, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama, baik ketika hidup maupun setelah tiada.


_Dari hati, untuk hari ini._

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BANK SOAL SAS SD KELAS 1 - 6 LENGKAP

Perangkat Ajar IKM SD kelas 1 s.d 6

Administrasi lengkap SD SMP SMA